Blog oleh Anis Nur Aini, MICRA Manager, Research and Technical Assistance
Pandemi Covid-19 telah melanda hampir tiga tahun, dan selama tiga tahun itulah pandemi secara nyata memberikan dampak signifikan pada kondisi sosial ekonomi Indonesia, tak terkecuali pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut laporan Badan Pusat Statistik, 69,02% UMKM mengalami kesulitan permodalan selama pandemi Covid-19. UMKM, sebagai penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yakni sebesar 61,07%, harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi setelah pandemi Covid-19 melanda, tak terkecuali dengan para perempuan yang turut berkontribusi pada sektor UMKM. [1]
Tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional dimana seluruh dunia merayakan peringatan tersebut untuk memaknai dan memperjuangkan hak perempuan. Pada peringatan tahun 2022 ini, Hari Perempuan Internasional mengusung tema #BreakTheBias. Peringatan tersebut juga disampaikan secara khusus oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dimana Presiden Joko Widodo menyebut perempuan sebagai penyelamat dan penuh daya saat dunia dilanda ketidakpastian khususnya saat dunia dan manusia dihentak bencana dan pandemi Covid-19 sejak tahun 2020.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perempuan memiliki peran dan memegang kendali penting menghadapi berbagai tantangan pada upaya pemulihan ekonomi selama dan pasca pandemi, khususnya pada sektor UMKM. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase perempuan pada sektor UMKM. 64,5% UMKM didominasi oleh para pengusaha perempuan yang dapat diartikan bahwa perempuan berdaya dan memiliki peran signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, 97% tenaga kerja di bidang UMKM juga didominasi oleh para perempuan. [2]
Berdasarkan penuturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyebutkan bahwa pengetahuan dan kapasitas perempuan untuk berpikir mengamankan dana untuk keluarga dan menginvestasikannya di bidang produktif sangat potensial dan nyata. Sehingga, perempuan tidak hanya memiliki potensi namun secara nyata mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
McKinsey Global Institute juga melaporkan bahwa dengan memajukan kesetaraan perempuan akan meningkatkan PDB global sebanyak USD12 triliun.[3] Adanya potensi ini perlu didukung dengan berbagai upaya menutup kesenjangan gender yang selama ini terjadi. Perempuan seringkali disebut sebagai “kelas kedua” dimana perempuan dianggap sangat rentan dan tidak memperoleh hak yang sama dengan laki-laki, dimana kesenjangan ini yang menyebabkan perempuan sulit mengembangkan kapasitas dan potensi diri.
Tantangan
Beberapa kajian yang dilakukan oleh MICRA mengerucutkan tiga tantangan utama yang dihadapi oleh para perempuan, khususnya para pelaku usaha UMKM di Indonesia. Tiga tantangan tersebut adalah:
1. Rendahnya indeks literasi keuangan perempuan. Literasi keuangan menjadi hal utama yang perlu dikuasi dalam pengelolaan keuangan rumah tangga dan manajemen usaha. Berdasarkan survei literasi keuangan yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan bahwa perempuan memiliki indeks literasi keuangan yang lebih rendah dibanding laki-laki. Indeks literasi keuangan ini akan mempengaruhi strategi dan keputusan keuangan yang diambil yang secara langsung berpengaruh pada upaya tenaga kerja dan pengusaha perempuan di bidang UMKM untuk meningkatkan penghasilan dan mengembangkan usahanya. Pada grafik di bawah ini, terlihat peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada indeks literasi keuangan pada perempuan. Pada tahun survei tahun 2016, indeks literasi keuangan perempuan berada pada level 25,50% dan meningkat menjadi 36,13% pada survei tahun 2019. Namun demikian indeks tersebut masih di bawah indeks literasi keuangan laki-laki yang mencapai level 39,94% pada tahun 2019.
Indeks Literasi Keuangan Berdasarkan Gender
Grafik 1. Indeks Literasi Keuangan Berdasarkan Gender[4]
2. Rendahnya akses dan literasi perempuan pada digitalisasi. Adanya pandemi Covid-19 mempercepat perubahan pada era digital yang mengharuskan seluruh elemen masyarakat untuk beradaptasi lebih cepat terhadap kemajuan teknologi dan informasi. Digitaliasasi pada dasarnya akan membantu pertumbuhan usaha semakin cepat, namun, berdasarkan data BPS tahun 2020, hanya 3,79 juta dari 59,2 juta UMKM yang telah memanfaatkan platform online untuk memasarkan usahanya, tak terkecuali bagi pengusaha perempuan. Head of Marketing Google Indonesia menyebutkan bahwa 53% perempuan tidak dapat menemukan apa yang dicari di internet. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan. Sehingga, adanya akses digital juga harus dibarengi dengan literasi digital sehingga pemanfaatan internet menjadi lebih optimal. Hal ini mempengaruhi kemampuan perempuan dalam menggunakan teknologi dan informasi untuk mendukung pertumbuhan usahanya.
3. Rendahnya akses perempuan pada layanan pembiayaan yang tersedia. Kesenjangan gender juga terlihat dari rendahnya akses perempuan pada layanan pembiayaan, termasuk lembaga keuangan. Hal ini tergambar dari perbedaan yang cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan pada indeks inklusi keuangan. Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Pada grafik di bawah ini, indeks inklusi keuangan perempuan berada pada 75,20%, 4% di bawah indeks inklusi keuangan laki-laki yang mencapai posisi 77,20%.
Indeks Inklusi Keuangan Berdasarkan Gender
Grafik 2. Indeks Inklusi Keuangan Berdasarkan Gender [5]
Upaya MICRA
Menjawab tantangan yang ada, MICRA mencoba berdaya guna dengan beberapa hal untuk mendukung kesetaraan gender di Indonesia. Salah satu upaya peningkatan kesetaraan gender yang dilakukan MICRA adalah melalui penyediaan program peningkatan kapasitas perempuan melalui kerjasama dengan pihak luar. Beberapa topik training yang telah dilakukan adalah peningkatan literasi keuangan perempuan, peningkatan income generating pada pelaku usaha perempuan, peningkatan jiwa kewirausahaan oleh para petani perempuan, serta peningkatan teknik berkomunikasi dan negosiasi sebagai salah satu upaya meningkatkan kapasitas perempuan dalam menjalankan usaha. Pemilihan topik training ini didasarkan pada kondisi dan kebutuhan masing-masing calon peserta training.
Salah satu program training peningkatan kapasitas perempuan yang hingga saat ini masih berjalan adalah program HERFinance. Sejak tahun 2015, MICRA bekerjasama dengan BSR Hong Kong menyediakan training literasi keuangan kepada para pekerja pabrik. Hingga Maret 2022, MICRA telah melakukan training literasi keuangan kepada 17 pabrik dengan jumlah pekerja mencapai 19.015 pekerja. Beberapa topik yang diajarkan pada training tersebut adalah:
Memahami kebutuhan dan keuangan yang berbeda
Membuat anggaran rumah tangga
Membiasakan menabung
Meminjam uang dengan bijak
Membicarakan keuangan dengan keluarga
Mengenalkan produk dan layanan keuangan di sekitar peserta training.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh MICRA, terdapat perbedaan yang cukup signifikan yang terjadi kepada para peserta training saat sebelum dan setelah mengikuti training. Hasil training menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase kebiasaan menabung pada peserta training dengan rata-rata peningkatan mencapai 37.5%. Hal ini juga didukung dengan peningkatan kepemilikan produk keuangan pada lembaga keuangan formal, dengan rata-rata peningkatan mencapai 28% dari sebelum training dan sesudah training.
Adanya dampak yang signifikan dari penyediaan training kepada perempuan meningkatkan semangat MICRA untuk mendukung #BreakTheBias dan kesetaraan gender pada perempuan. MICRA meyakini perempuan merupakan aset peting dalam perekonomian negeri dan jika didukung dengan program yang tepat, perempuan akan lebih berdaya dan dapat menjadi pilar masyarakat yang kuat.
Sumber: [1]https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/governmental-terus-perukur-umkm-via-vari-form-bantuan/ [2]https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-contribution-perempuan-dalam-ekonomi-nasional/ [3]https://www.mckinsey.com/featured-insights/employment-and-growth/how-advancing-womens-equality-can-add-12-trillion-to-global-growth#:~:text=How%20advancing %20women's%20equality%20can%20add%20%2412%20trillion%20to%20global%20growth,-September%201%2C%202015&text=A%20McKinsey%20Global%20Institute%20report,gaps%20in%20work%20and%20society. [4]https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-activities/publikasi/Documents/Pages/Strategi-Nasional-Literasi-Keuangan-Indonesia-2021-2025/STRATEGI%20NASIONAL%20LITERASI%20KEUANGAN%20INDONESIA% 20%28SNLKI%29%202021%20-%202025.pdf [5]https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-activities/publikasi/Documents/Pages/Strategi-Nasional-Literasi-Keuangan-Indonesia-2021-2025/STRATEGI%20NASIONAL%20LITERASI%20KEUANGAN%20INDONESIA% 20%28SNLKI%29%202021%20-%202025.pdf
Comments